Senin, 04 Juli 2011

BAHASA GAYO ADALAH BAHASA PURBA

Bahasa merupakan simbol budaya yang mengandung makna, menjadi alat komunikasi atau sarana transpormasi pikirian atau gagasan budaya bagi sesamanya. Bahasa juga menceritakan ruang dan waktu.
Bahasa sebagai simbol budaya yang pertama; berwujud ide, gagasan nilai-nilai norma dan peraturan yangl sifatnya abstrak. Lokasinya ada dalam alam pikiran dimana budaya yang bersangkutan itu hidup dalam masyarakat yang disebut tata kelakuan atau adat istiadat wujud kedua; adalah sistem sosial yang terdiri dari aktifitas manusia yang berintrasksi, berhubungan dan bergaul yang mengikuti pola tata kelakukan yang bersifat kongkrit terjadi sehari-hari.wujud ketiga; adalah karya total dari hasil fisik dari aktivitas perbuatan yang sifatnya paling kongrit yang dapat diraba.
Merger mengatakan bahwa “Bahasa yang digunakan merupakan pencerminan pandangan dunianya sendiri” dengan kata lain bahasa menyebebkan kita memandang realitas social dan lingkungan dengan cara tertentu. Kebudayaan merupakan produk mahluk yang berbahasa. Kebudayaan tidak tumbuh pada hewan karena mahluk itu tidak mengenal bahasa. Manusia bukanlah merupakan gejala supernatural, bukan pula sebuah gejala natural, melainkan merupakan gejala cultural yang terjadi berdasarkan bahasanya. Manusia menstrukturkan lingkunganan realitas social berdasarkan bahasa yang digunakannya. Bahasa dengan persepsi membentuk pandangan dunia manusia. Keadaan ini berhubungan dengan orientasi ruang yang melingkungi manusia sehingga membentuk unit mikroprilaku manusia dalam ruang, antara lain terlihat dari system bahasa (sebagai cerminan system berfikir) dan beberapa wujud prilaku manusia lainnya dalam sentting lingkungannya.
Etnik gayo terbagi atas beberapa sub kelompok yaitu sub kelompok gayo lut, gayo deret, gayo Luwes, Serbajadi dan Kalul. Lingkungan alam berupa hutan belantara dan tanpa prasarana komunikasi telah memisahkan sub-sub kelompok ini dalam jangka waktu yang relatif lama. Disamping itu unsur pengaruh luar yang berbeda yang mereka terima memungkinkan timbulnya variasi bahasa. Bahasa gayo memiliki dua dealek. Pertama dialek gayo lut, yang terbagi dalam tiga sub dialek yaitu sub dialek bukit, Cik dan Deret. Kedua, dialek gayo luwes yang terbagi dalam sub dialek Serbejadi, tampur, dan lukup (tamiang).
Suatu penelitian tentang pemencaran atau pemisahan bahasa Nusantara Barat merupakan satu kelompok bahasa purba selain bahasa Gayo yaitu; bahasa Aceh,melayu, Batak Karo, , Sunda, Sasak, dan Tagalog. Pemencaran atau pemisahan bahasa Gayo dengan bahasa Aceh pada tahun 1515 S.M dengan jangka kesalahan 423 tahun. Bahasa Gayo dengan bahasa Karo berpisah justru dalam waktu yang lebih baru yaitu 609 S.M dengan jangka kesalahan 340 tahun (Kridalaksana, 1964 : 319 – 352). Dengan demikian perpisahan dengan bahasa Aceh dilihat dari penelitian ini sudah terjadi kira-kira 3.500 tahun yang lalu, sedangkan dengan bahasa Karo kira-kira 2.500 tahun yang lalu.
Pengaruh bahasa luar yang paling besar adalah bahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia mempunyai kaitan dengan bahasa Melayu. Dari hasil penelitian bahasa Gayo terdapat 41% persamaan dengan bahasa Melayu, dengan bahasa Karo 46% persamaannya sedangkan dengan bahasa Aceh 35% (Kridalaksana, 1964 : 336 )
Bahasa Gayo yang terlogong bahasa purba ini terancam punah karena orang gayo sendiri engan mengunakan bahasa gayo menjadi media komunikasi di lingkungan masyarakat. Bahasa gayo yang merupakan bahasa ibu di tinggalkan dengan alasan paragidma pendidikan pormal. Dalam dua-tiga decade terkahir ada kecenderungan pada sebahagian besar orang tua di Gayo mendorong anak-anaknya mengunakan bahasa Indonesia dengan alasan supaya agar anaknya itu tidak mengalami kesulitan ketika masuk sekolah ( M.Junus Melalatoa, 2003 : 41). Selain itu kontak antar budaya membawa perubahan didalam dinamika kebudayaan. Budaya barat dianggap lebih unggul sehingga nilia-nilai dan norma yang berlaku dari budaya asli ditinggalkan dan memakai paragidma barat dalam perilaku dan tingkalaku bermasyarakat. Ketika budaya kehilangan simbol bahasa akan terlantar yang kemudian kehilangan jatidiri dan identitas sebagai urang Gayo. Menurut pakar linguist ( ahli bahasa) bahwa 10 bahasa mati di dunia setiap tahun. Bahasa yang mati itu adalah bahasa yang jumlah penuturnya relative kecil di bawah 100 ribu jiwa
( M.Junus Melalatoa). Bagaimana dengan nasip bahasa Gayo bila dilihat realita sekarang ini?.
Sedangkan Urang Gayo ada di muka bumi ini adalah kehedendak sang Illahi Firman Allah SWT. Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. ( surat Al Hujaraat ayat 12).

Keberadaan Gayo adalah rahmat dan nikmat dari Allah SWT namun ketika Urang Gayo sudah tidak lagi berbahasa Gayo perlahan-lahan simbol budaya hilang satu persatu, indentitas menjadi luntur dan jatiri diri berubah menjadi kabur, berarti kita selaku urang Gayo tidak mensyukuri nikmat yang diberikan kepada kita. Semoga kasih sayang Allah mampu menyelamatkan Urang Gayo dari penghianatan budaya.
(Kurnia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar